me.. :)

Foto saya
tangerang, banten, Indonesia
want to be spongebob is always cheerful and spirit, always say "I'm ready, I'm ready, I'm ready", want to be like an athlete who can take the name of the nation, but the main I want to be myself:)

Senin, 24 Mei 2010

PERMINTAAN IBU

"Hanya kamu harapan Ibu, sungguh aku hanya berharap padamu..." kata Ibuku dengan nada sedih. Matanya yang semula berkaca-kaca kini nampak mulai ada air jernih yang menetes. Ya Allah, jangan buat dia bersedih, aku paling tak tega melihatnya menangis.

Malam itu kami hanya berdua di kamar ibuku di kampung halaman sana. Kebetulan aku beserta keluarga sedang mudik karena ada tasyakuran pernikahan adik bungsuku.
Setiap aku mudik, aku selalu meluangkan waktu untuk bermesraan dengan ibuku. Berduaan, saling curhat dan saling berbagi rasa suka dan duka. Momen-momen intim seperti inilah yang selalu kurindu.

Seperti malam itu, ketika tamu-tamu sudah pulang. Tinggal badan yang kecapekan karena seharian bahkan sejak beberapa hari sebelumnya sibuk menyiapkan segala macam urusan tasyakuran, kami berdua sambil tidur-tiduran di kamar ibu mulai saling curhat. Lebih banyak ibu yang curhat dan aku sebagai pendengar setia.

Ibuku yang kuyakin amat sangat capek kala itu bahkan masih mampu memijit dan 'ngerokin' badanku. Aku hanya suka dipijit atau dikerokin oleh ibu, lain tidak. Kerokan ibu sungguh sangat halus dan lembut. Tak pernah membuatku merasa kesakitan sama sekali, sebaliknya justru membuat badanku yang masuk angin langsung sembuh.

Glekkk. Oh ibu, sedih nian.
Mungkin aku tak sesempurna yang ibu bayangkan. Tapi aku memang selalu berusaha untuk senantiasa mendoakan mereka setiap hari.

"Tahu kan nak bahwa setelah ibu meninggal nanti, hanya doa anak-anak shaleh/shalehah lah yang kan mampu menjadi penolong..." lanjutnya mengulang nasehat yang selalu diulang-ulang baik melalui telpon maupun di saat intimate momen seperti ini.

"Iya bu.." aku mengangguk. Meski telah beratus kali atau bahkan ribuan kali aku mendengarnya namun aku tak pernah merasa bosan dengan nasehat ibu.
"Ibu nggak pernah berharap balasan apa-apa dari kalian, ibu hanya ingin didoakan..itu saja..." katanya.

See... that simple! permintaan sesederhana itu apakah kamu masih berat juga memenuhinya.. bisik suara batinku. Bukankah pengorbanan beliau jauh..jauh lebih berat dari itu sejak dari mengandungmu, membiaya sekolahmu, mengasuhmu dan bahkan menjadi tempat sampah curahan hatimu ketika kamu sudah berumah tangga sendiri... lanjut suara batin itu terus menggema dalam relung hatiku.

"Insya Allah bu.. saya akan selalu mendoakan, ingatkan bila suatu saat terlupa.." jawabku menenangkan ibu. Tampak segurat senyum di bibir tuanya yang mulai keriput. Dia beringsut, aku memeluknya dalam haru.

Sungguh ibu, aku berjanji takkan pernah melupakan satu-satunya permintaanmu ini. Ya Allah, ingatkan aku bila suatu saat aku terlupa..

AIR MENDIDIH

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?” “Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.

Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?” Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. “Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?”

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.

Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.

MOM

MOM, I’m here …

When you were 1 year old,she fed you and
bathed you.
You thanked her by crying all night long.

When you were 2 years old, she taught you to
walk.
You thanked her by running away when she called.

When you were 3 years old, she made all your
meals with love.
You thanked her by tossing your plate on the floor.

When you were 4 years old, she gave you
some crayons.
You thanked her by coloring the dining room table.

When you were 5 years old, she dressed you
for the holidays.
You thanked her by plopping into the nearest
pile of mud.

When you were 6 years old, she walked you to school.
You thanked her by screaming, “I’M NOT GOING!”

When you were 7 years old, she bought you a baseball.
You thanked her by throwing it through the next-door-neighbor’s window.

When you were 8 years old, she handed you an ice cream.
You thanked her by dripping it all over your lap.

When you were 9 years old, she paid for
piano lessons.
You thanked her by never even bothering to practice.

When you were 10 years old she drove you all day,
from soccer to gymnastic to one birthday party after another.
You thanked her by jumping out of the car and never looking back.

When you were 11 years old, she took you and your
friends to the movies.
You thanked her by asking to sit in a different row.

When you were 12 years old, she warned you not to
watch certain TV shows.
You thanked her by waiting until she left the house.

When you were 13, she suggested a haircut that was becoming.
You thanked her by telling her she had not taste.

When you were 14, she paid for a month away at summer camp.
You thanked her by forgetting to write a single letter.

When you were 15, she came home from work, looking for a hug.
You thanked her by having your bedroom door locked.

When you were 16, she taught you how to drive her car.
You thanked her by taking it every chance you could.

When you were 17, she was expecting an important call.
You thanked her by being on the phone all night.

When you were 18, she cried at your high school graduation.
You thanked her by staying out partying until dawn.

When you were 19, she paid for your college intuition,
drove you to campus carried your bags.
You thanked her by saying good-bye outside the door
so you wouldn’t be embarrassed in front of your friends.

When you were 20, she asked whether you were
seeing anyone.
You thanked her by saying, “It’s none of your business.”

When you were 21, she suggested certain careers for
your future.
You thanked her by saying, “I don’t want to be like you.”

When you were 22, she hugged you at your college graduation.
You thanked her by asking whether she could pay for a trip to Europe.

When you were 23, she gave you furniture for your first apartment.
You thanked her by telling your friends it was ugly.

When you were 24, she met your fianc and asked about your plans for the future.
You thanked her by glaring and growling, “Muuhh-ther, please!”

When you were 25, she helped to pay for your wedding, and she cried
and told you how deeply she loved you. You thanked her by moving
halfway across the country.

When you were 30, she called with some advice on the baby.
You thanked her by telling her, “Things are different now.”

When you were 40, she called to remind you of a relative’s birthday.
You thanked her by saying you were “really busy right now.”

When you were 50, she fell ill and needed you to take care of her.
You thanked her by reading about the burden parents become to their children.

And then, one day, she quietly died. And everything you never did came crashing
down like thunder on YOUR HEART.

Tuhan Berbicara

Seorang Manusia berbisik, “Tuhan, bicaralah padaku.”

Dan burung kutilang pun bernyanyi.
Tapi, manusia itu tidak mendengarkannya.

Maka, Manusia itu berteriak, “Tuhan, bicaralah padaku !”
Dan guntur dan petir pun mengguruh.
Tapi, Manusia itu tidak mendengarkannya.

MAnusia itu melihat sekelilingnya dan berkata,
“Tuhan, biarkan aku melihat Engkau.”
Dan bintang pun bersinar terang.
Tapi, Manusia itu tidak melihatnya.

Dan, Manusia berteriak lagi, “Tuhan, tunjukkan aku keajaiban!” Mu”
Dan seorang bayi pun lahirlah.
Tapi, manusia itu tidak menyadarinya.

Maka, ia berseru lagi dalam keputus-asaannya, “Jamahlah aku, Tuhan!”
Dan segera, Tuhan pun turun dan menjamahnya.
Tapi, manusia itu malah mengusir kupu-kupu tersebut dan terus berjalan.

Betapa hal ini semua sebenarnya mengingatkan pada kita
bahwa Tuhan selalu hadir di sekitar kita dalam bentuk
sederhana dan kecil yang sering kita anggap lalu, bahkan dalam era elektronik ini …
karenanya saya ingin menambahkan satu lagi:

Manusia itu berseru, “Tuhan, aku membutuhkan pertolonganmu!”
Dan datanglah e-mail dengan berita-berita baik dan menguatkan.

Namun, ia justru menghapusnya dan terus berkeluh-kesah….

Berita baik itu adalah bahwa anda masih dicintai orang lain !

Janganlah kita mencampakkan suatu anugerah, hanya karena anugerah itu tidak dikemas dalam bentuk yang diinginkan dan dimengerti oleh kita

Tiga Tahun Yang Tak Terulang

Tak akan terdengar lagi suara bel masuk yang selalu memekik telinga hampir setiap hari..
Tak akan bisa lagi berlarian dari gang sekolah mengejar waktu agar tidak terlambat..
tak akan terdengar lagi suara langkah berlari di sekitar koridor sekolah bagi anak2 yang kabur dari hukuman MR.FUAD atau Pak. Ohin karna baju keluar atau rambut gondrong..
Tak akan lagi terulang tingkah jail yang selalu membuat shock para guru..
semua itu kenangan bagi kami..
yang mungkin tak akan dijumpai saat kuliah...


Tiga Tahun Yang Tak Terulang

BYE PUTIH ABU2...





Jumat, 09 April 2010

just letter for dad..

Ayah...
apa kabarmu...
taukah kau bahwa aku rindu????

sangat rindu...

tidak terasa 13tahun sudah.. ku hidup tanpamu...
aku rindu kecup bibirmu dikeningku..
aku rindu usap tanganmu dibahuku..
aku rindu lengkungan senyum indahmu...

Yah.. baikkah kau DiSana??

aku harap Ya..
bahkan Sangat...

aku tahu Allah kan Selalu bersamamu..
dan ku harap kau selalu berada di tempat yang paling Baik..

Ayah.. kini aku tlah beranjak dewasa...
ternyata benar yah.. menjadi bewasa sangatkah rumit...

smakin lama hidupku semakin keras..

tapi aku akan berusaha untuk tidak patah...


Ayah.. tidak usah khawatir.. Ibu baik bersamaku..
terkadang ingin menagisn rasanya.. jika melihatnya mengeluh..
rasanya sudah terlalu banyak beban yang ia pikul demi aku.. dan kakak...

Ayah.. tolong sampaikan pada Allah..
bahwa aku ingin bertemu engkau sekali saja...

karna aku ridu sekali...

titip salamku untuk smua penghuni surga ya yah.. karna aku yakin kau bersama mereka...


Salam Rindu penuh cinta...

putrimu,

HALIMATUS SA'DIYAH

HOPE IT WILL THE BEST FOR US...

hmmmm.. akhirnya baru aja selesai laluin smwa ujian sekolah...
setelah bnyak bgt persiapan.. tp saat pelaksanaan tetep aj ngerasa susah..

but..

berharap bgt kalau hasilnya akan memuaskan...
walaupun masih banyak ujian2 yang bakal di laluai lagi tapi paling enggak.. ast persatu terselesaikan...

Ya Rabb..
berilah yang terbaik untuk kami...
jadikanlah apa yang telah kami lalui ini...
berbuah kebaikan...
kesuksesan...

amin......